Pages

Jumat, 29 Maret 2013

Biarlah Engkau yang Tercantik di Hatiku


Bila yang tertulis olehNya engkau yang terpilih untukku
Telah terbuka hati ini menyambut cintamu
Di sini segalanya kan kita mula
Mengukir buaian rindu yang tersimpan dulu
`Tuk menjadi nyata dalam hidup bersama 

Izinkan aku `tuk mencitaimu
Menjadi belahan di dalam jiwaku
Ya Allah jadikanlah ia pengantin sejati
Di dalam hidupku... (izinkan aku).........
.........
(“Mengukir Cinta di Belahan Jiwa by Maidany”)

Penggalan lagu di atas menggambarkan awal kehidupan baru bagi seseorang yang telah menikah. Bagaimana kehidupan setelah menikah? Apakah menikah merupakan sebuah akhir dalam kehidupan? Apakah menikah hanya bermakna perubahan status? Bagi para sahabat, kali ini izinkan saya berbagi ilmu seputar setelah menikah, meskipun saya belumlah menikah. Berikut ilmu yang akan saya bagikan pada sahabat khususnya akhwat fillah yang saya ambil dari sebuah buku yang saya baca. Semoga bermanfaat.

Setelah menikah, ada amanah untuk saling menjaga pandangan. Antara lain untuk menjaga pandangan suami sehingga tidak memandang dengan perasaan yang besar kecuali terhadap istri. Sehingga ia tidak mengangankan orang lain kecuali istrinya sendiri. Tidak menginginkan yang lain kecuali istrinya. Tidak ada yang lebih cantik, kecuali istrinya.

Jadi, Anda para istri, hendaknya berusaha membuat pandangan mata suami hanya tertuju kepada diri Anda seorang. Tidak ada kesempatan baginya untuk memandang yang lain, apalagi sampai membayang-bayangkan, apalagi lebih dari sekadar membayangkan. Mata suami banyak bergantung kepada wajah Anda. Jika wajah Anda membawa kesejukan, insya-Allah ia tidak akan tergerak untuk memalingkan pandangan.

Kesejukan wajah, sungguh tidak berhubungan dengan kecantikan. Bagi seorang yang belum menikah, kecantikan wajah boleh jadi begitu penting atau bahkan terpenting, sehingga ada yang menikah atas dasar kecantikan wajah. Akan tetapi seorang yang sudah menikah, atau seorang yang sudah menghayati
sebuah pernikahan, kecantikan wajah terasa demikian tidak pentingnya. Kecantikan wajah terletak di urutan nomor kesekian. Jauh lebih penting daripada kecantikan wajah adalah kesejukan wajah Anda ketika suami memandang.

Alhasil, hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ‘alaa alihi wasallam mengenai seorang istri yang apabila dipandang membuat suami semakin sayang, tidak hanya berlaku bagi mereka yang memiliki kecantikan luar biasa. Boleh jadi mereka yang menurut penilaian umum sangat tidak cantik, justru menyimpan keteduhan jiwa yang luar biasa sehingga dapat menghapus kepenatan psikis dan fisik suami saat datang. Sebaliknya, bisa jadi kecantikan wajah yang dikenang-kenang dan diangan-angankan sebelum menikah, tampak demikian membosankan dan melelahkan mata.

Selengkapnya bunyi hadist Nabi Saw. itu berbunyi:
“Tiga kunci kebahagiaan laki-laki adalah istri shalihah yang jika dipandang membuatmu semakin sayang dan jika kamu pergi membuatmu merasa aman, dia bisa menjaga kehormatan dirinya dan hartamu; kendaraan yang baik yang bisa mengantar ke mana kamu pergi; dan rumah yang damai yang penuh kasih-sayang. Tiga perkara yang membuatnya sengsara adalah istri yang tidak membuatmu bahagia jika dipandang dan tidak bisa menjaga lidahnya, juga tidak membuatmu merasa aman jika kamu pergi karena tidak bisa menjaga kehormatan diri dan hartamu; kendaraan rusak yang jika dipakai hanya membuatmu lelah dan jika kamu tinggalkan tidak bisa mengantarmu pergi; dan rumah yang sempit yang tidak kamu temukan kedamaian di dalamnya.” 

---
Kecantikan wajah
terletak di nomor kesekian.
Jauh lebih penting daripada kecantikan wajah
adalah kesejukan wajah Anda
ketika suami memandang. 

Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah, dalam bukunya yang berjudul Taman Orang-orang yang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu, Ibnu Qayyim berkata, “Allah menjadikan penyebab kesenangan adalah keberadaan
istri. Andaikan penyebab tumbuhnya cinta adalah rupa yang elok, tentunya yang tidak memiliki keelokan tidak akan dianggap baik sama sekali. Kadangkala kita mendapatkan orang yang lebih memilih pasangan yang lebih buruk rupanya, padahal dia juga mengakui keelokan yang lain. Meski begitu tidak ada kendala apa-apa di dalam hatinya. Karena kecocokan akhlak merupakan sesuatu yang paling disukai manusia, dengan begitu kita tahu bahwa inilah yang paling penting dari segala-galanya. Memang bisa saja cinta tumbuh karena sebab-sebab tertentu. Tetapi cinta itu akan cepat lenyap dengan lenyapnya sebab.”

Perkatan Ibnu Qayyim ini berarti, jika Anda menikah dengan seorang gadis disebabkan oleh tingkah lakunya yang menggemaskan, maka tiga bulan setelah menikah boleh jadi rumah tangga akan penuh dengan ketegangan psikis karena di saat nyidam ia tidak menggemaskan lagi. Pembawaannya kuyu dan lusuh, seperti kain sarung yang tertumpuk di kotak cucian. Apalagi kalau pembawaannya di masa nyidam itu menyebalkan sekaligus bikin risih.

Kecantikan dan kepandaian mempercantik diri tidak dapat menjamin utuhnya cinta dalam pernikahan. Kita merasa tenteram saat memandang, lalu perasaan sayang kita kepada istri semakin besar, bukan karena kecantikan dan kepandaian berhias.

Lalu, apa yang membuat suami merasa semakin dekat ketika memandangnya sedangkan ia telah bergaul lama? Wallahu A’lam bishawab. Hanya saja, secara kasar dapat kita pahami bahwa itu bukan terletak pada wajah. Bukan. Melainkan apa yang memancar dari wajah itu. Hati kita menjadi hidup jika wajah yang kita pandang memberikan keramahan, memancarkan kerinduan, dan menebar kehangatan. Hati kita semakin terpaut jika kehadiran kita diharap-harapkan dan ditunjukkan dengan pancaran wajah yang hidup dan tidak kaku beku.  Boleh jadi Anda saat itu sakit, akan tetapi Anda bias memancarkan pandangan mata yang menggambarkan bahwa cinta dan kerinduan Anda tidak sakit; Anda menampakkan melalui pandangan mata Anda bahwa kehadiran suami sangat berarti.
---
Banyak peristiwa komunikasi
yang lebih bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan jiwa
daripada informasi.
---

Alangkah letihnya suami jika ia bergegas-gegas pulang, diterpa panas yang menyengat atau hujan yang menyiramkan rasa dingin, tetapi sesampai di rumah tak ada senyum hangat yang menyambut, tak ada mulut yang bicara, dan tak ada mata yang membalas pandangan dengan penuh keinginan. Tubuh yang telah letih akan terasa semakin letih ketika beban psikis yang hendak ditumpahkan ternyata tidak tertampung karena istri tak tertarik mendengarkan.

Beban psikis boleh jadi berupa problem-problem yang ia jumpai selama berada di luar rumah, bisa jadi persoalan-persoalan serius yang ia pikirkan sejak lama, tetapi bisa juga “hanya sekadar” kejadian-kejadian ringan yang ingin ia ceritakan kepada istri. Kejadian ringan ini mungkin berupa pengalamannya merasakan semangkuk kecil rujak gobet, mungkin pertemuannya dengan teman sekolah semasa SD, atau mungkin kegembiraannya karena tadi menerima surat dari ibunya.

Kisah-kisah yang ingin diceritakan oleh suami barangkali tidak begitu penting substansinya. Pengalaman-pengalaman itu tidak memiliki isi yang dapat mempengaruhi jalannya sejarah, misalnya. Katakanlah, apa pentingnya kisah semangkuk rujak gobet yang pedas bagi kemajuan pendidikan anak-anak? Tidak ada. Apa pentingnya kisah rujak gobet itu untuk kemajuan masyarakat? Tidak ada.

Namun demikian, persoalannya bukan pada substansi semata-mata. Persoalannya lebih kepada bagaimana memperhatikan dan diperhatikan. Persoalannya lebih kepada bagaimana mendengarkan dan didengarkan. Sebab setiap kita butuh memperhatikan dan diperhatikan. Sebab setiap kita butuh mendengarkan dan didengarkan.

Kecantikan tak dapat menjamin bahwa yang tercantik di hati suami adalah istri semata. Ada yang lebih penting daripada sekadar kecantikan, yaitu keramahan, kehangatan, dan rasa cinta yang tulus. Ada yang bisa menyuburkan perasaan, yaitu perhatian dan penerimaan yang tulus terhadap kekasih. Ada yang bisa memperindah, yaitu canda yang menyenangkan. Rasulullah Saw. pernah kejar-kejaran --lomba lari-- dengan istrinya, ‘Aisyah radhiyallahu’anha. Sampai sekarang, saya tidak pernah mendengar ada orang yang kejar-kejaran dengan istri untuk bercanda, sehingga istrinya sangat terkesan dan menaruh rasa cinta yang sangat dalam. Sebaliknya, yang pernah saya dengar adalah istri yang lari ketakutan karena dikejar-kejar oleh suaminya yang sedang marah.

Bukan wajah yang membuat suami terkesan sehingga yang tercantik di hatinya adalah istrinya semata, melainkan apa yang memancar dari wajah itulah yang paling mempengaruhi perasaan suami. Sekalipun demikian, Anda tidak bisa meninggalkan masalah merawat kecantikan dan berhias untuk suami tercinta. Dalam hal ini yang terpenting adalah menunjukkan iktikad untuk memberikan yang terbaik bagi suami, bukan pada kesempurnaan Anda berhias. Berhias dengan sempurna tetapi suami merasa bahwa istri tak pernah berhias untuknya, maka apa yang Anda lakukan tidak mempunyai nilai apa-apa. Sebaliknya, sesederhana apa pun engkau berhias, jika suami merasa apa yang engkau lakukan itu disebabkan oleh cintamu kepada suami, maka tak ada yang lebih cantik di hatinya kecuali engkau.

(Refrensi : “Kado Pernikahan Untuk Istriku”, Mohammad Fauzil Adhim)

-Kecantikan bukan dari fisik semata, namun kecantikan sejatinya terpancar dari dalam hati.

 

0 komentar: