
Mencintai dicintai fitrah manusia, setiap insan didunia akan merasakannya. Indah ceria kadang merana, itulah rasa Cinta, berlindunglah pada Allah dari cinta palsu, menipu daya dan melenakan sadarlah wahai kawan.
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Assalamu’alaikum
Saudaraku, kata pujangga cinta letaknya dihati. Meskipun tersembunyi namun getarannya tampak sekali. Ia mampu memenuhi pikiran sekaligus mengendalikan tindakan. Sungguh, cinta mampu mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu melunakkan besi, menghancurkan batu karang, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya, serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dasyatnya cinta (Jalluddin Rumi).
Saudaraku, namun berhati-hatilah dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang sehat menjadi sakit, gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cinta disambut oleh para pecinta palsu. Cinta yang tidak dilandasi kepada Allah, itulah para pecinta dunia, harta dan wanita, ia lupa akan cinta yang begitu agung, cinta yang murni.
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Q.S Ali Imran :14)
“Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Menurut Hammad Al-Riwayah
“Cinta itu akarnya pikiran, batangnya dzikir, rantingnya bangun malam, daunnya sakit dan buahnya angan-angan.”
Cinta yang paling tinggi adalah cinta kepada Allah, cinta yang tak bertepi. Bila telah mendapatkan Cinta Nya dan manisnya bercinta dengan Allah, tak ada lagi keluhan, tak ada lagi tubuh lesu, tak ada lagi tatapan sayu. Yang ada adalah tatapan optimis menghadapi cobaan dan rintangan dalam hidup ini. Tubuh yang kuat dalam beribadah dan melangkah menggapai cita-cita tertinggi, yaitu syahid di jalan Nya.
Islam tidak melarang atau menekang manusia dari rasa cinta tapi mengarahkan cinta tetap pada rel yang menjaga martabat kehormatan wanita maupun laki-laki.
Tak jarang orang mengaku mencintai Allah dan sering orang mengatakan mencintai Rasulullah Saw, tapi bagaimana mungkin semua itu diterima Allah, tanpa ada bukti yang diberikan. Bagaimana mungkin menggapai cinta Allah, tapi dalam pikirannya selalu dibayang-bayangi oleh wanita/lelaki yang dicinta. Tak mungkin dalam satu hati dipenuhi dua cinta, salah satunya pasti menolak kecuali cinta yang dilandasi oleh cinta kepada Nya.
Saat Allah menguji cintanya dengan memisahkan dari apa yang membuat dia lalai dalam mengingat Allah, sering orang tak bisa menerimanya. Saat Allah memisahkan orang yang kita cinta, tak jarang kita langsung lemah atau terbaring sakit. Semua itu adalah bentuk ujian dari Allah karena Allah ingin melihat seberapa dalam cinta hamba Nya pada Nya. Allah menginginkan bukti, namun sering orang tak berdaya membuktikannya, justru sering berguguran cintanya pada Allah, disaat Allah menarik secuil nikmat yang dicurahkan Nya.
Saudaraku, itulah bentuk cinta palsu dan semu seorang makhluk terhadap Khaliknya. Padahal semua sudah diatur oleh Allah, rezeki, maut, jodoh dan langkah kita, semua itu sudah ada suratannya dari Allah. Tinggal bagaimana kita mengupayakan untuk menjemputnya dengan cara terbaik yang diridhoi Nya.
Yakinlah saudaraku, kesenangan dan kesusahan adalah bentuk cinta dan kasih sayang Allah kepada hamba Nya yang beriman. Dengan kesusahan, Allah hendak memberikan tarbiyah ruhiyah pada kita, agar sadar bahwa kita sebagai makhluk bersifat lemah. Kita tidak bisa berbuat apa-apa kecuali atas izin Nya. Saat ini tinggal bagi kita membuktikan dan berjuang keras untuk memperlihatkan cinta kepada Allah, agar kita terhindar dari cinta palsu.
Saudaraku, ada beberapa hal yang perlu kita persiapkan untuk menggapai cinta Allah, antara lain :
- Iman yang kuat
- Ikhlas dalam beramal
- Mempersiapan kebaikan internal ( meliputi : shalat wajib dan shalat sunnah, puasa wajib dan sunnah, tadarus, haus akan ilmu dan sebagainya)
- Mempersiapkan kebaikan eksternal, kebaikan eksternal adalah buah dari ibadah yang kita lakukan dengan keistiqomahan mengaplikasikannya dalam setiap langkah dan hela nafas kita disepanjang hidup kita.
Menurut Muadz bin Sahl
“Cinta itu binatang yang paling sulit ditunggangi, minuman yang paling memabukkan, amat berbahaya jika di lempar, paling indah dari semua kesenangan, paling melaparkan perut dan paling diinginkan.”
Rasulullah Saw bersabda
“Sesungguhnya Allah apabila hendak membinasakan seseorang dicabutnya dari orang itu sifat malu. Bila sifat malu telah dicabut darinya, engkau akan mendapatinya dibenci orang, malah dianjurkan supaya orang benci padanya. Kemudian bila dia telah dibenci orang, dicabutlah sifat amanah darinya. Jika sifat amanah telah dicabut, kamu mendapatinya menjadi seorang pengkhianat. Jika telah menjadi pengkhianat, dicabutnya sifat kasih sayang. Jika telah hilang kasih sayangnya maka jadilah ia seorang yang terkutuk. Jika telah menjadi orang yang terkutuk, maka lepaslah tali Islam darinya.” (HR. Ibnu Majah)
Dengan demikian, Insya Allah kita akan menggapai cinta dan keridhoan Nya. Semoga kita lebih bisa menyikapi dan mampu mengendalikan cinta sesuai dengan syariah yang telah Allah tetapkan, agar kita terhindar dari cinta palsu yang melenakan. Amin.
Semoga bermanfaat dan tetap semangat dalam menggapai cinta Allah, cinta yang maha sempurna .^_^.
Wassalamu’alaikum


0 komentar:
Posting Komentar