Gelap terasa sunyi sepi.
Bagai malam tanpa bintang yang menghiasi.
Tertunduk terdiam beribu bahasa.
Namun ternyata hari belumlah senja.
Ternyata hari belumlah senja.
Langit pun masih cerah menyapa.
Mentari pun masih memancarkan cahayanya.
Namun kenapa seolah dunia sepi tak berpenghuni?
Terdiam dan terdiam beribu bahasa.
Termenung dengan beribu pertanyaan selayang pandang.
Mencoba melirik ke satu sisi dan kemudian ke sisi yang lainnya.
Melihat sekitar yang terasa semakin sunyi tak ada satu pun orang.
Kemana mereka?
Dimana mereka?
Ayah, Ibu, Adik-adik ku, saudara ku, sahabat ku, teman-teman ku?
Mengapa mereka meninggalkan ku sendiri di sini?
Pertanyaan demi pertanyaan bergejolak di hati.
Tetesan air mata seolah menjadi bukti.
Seorang insan yang sedang dilanda sepi.
Tak ada yang abadi di dunia ini.
Cukup lama terdiam terpaku membisu.
Cukup lama hati bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak mampu terjawab.
Oh..ternyata ku telah berada di dunia yang berbeda.
Berbeda dengan mereka, mereka yang ku kasihi dan ku sayang.
Ku lihat kembali diriku yang terbujur kaku.
Oh..tubuh ku yang malang.
Kini kau tak mampu berbuat apa-apa lagi.
Meskipun untuk membuka mata mu sekalipun tak mampu.
Tubuh ku yang lemas lunglai.
Berbalut kain putih yang suci.
Berharap diri menghadap Illahi.
Dalam keadaan bersih dan wajah berseri.
Mata ini melihat lekat-lekat hingga tertuju pada satu titik.
Oh..Ayah, Ibu, adik-adik ku, saudara ku, sahabat ku, teman-teman ku.
Mereka ada di sana.
Tapi..mengapa mereka menangis?
Tidakkah mereka telah merelakan ku pergi?
Ya Allah..izinkan ku berkata pada mereka.
Bahwa di sini, di dunia baru ku baik-baik saja.
Di dunia yang sangat indah dan jauh lebih indah dari dunia sebelumnya.
Dunia yang aku merasa tenang berada di dekat Mu.
Tapi..mengapa mereka tetap menangis?
Apakah ada kewajiban ku yang belum tertunaikan sepeninggal ku?
Ataukah kesalahan dan dosa ku yang belumlah termaafkan?
Bagaimana cara ku berkata pada mereka?
Sedangkan mereka tak dapat melihat ku bahkan mendengarkan suara ku.
Duhai..Ayah dan Ibu.
Janganlah kalian menangis karena kepergian ku.
Hingga air mata mu menjadi luka di hati ku.
Kelak kita akan bertemu di Jannah-Nya.
Karena aku akan meminta syafa’at maghfirah-Nya.
Duhai..adik ku.
Janganlah kesedihan mu menjadi luka di setiap pori-pori tubuh ku.
Ku berharap pada mu lanjutkan titah ku.
Bahagiakan ayah dan ibu.
Kelak syurga akan menanti mu.
Duhai..sahabat ku.
Relakan aku pergi.
Ku tahu jalan masih panjang dan berduri.
Namun di sini aku akan menanti.
Berkumpul bersama di syurga yang telah di janji.
Kini waktu ku telah usai.
Kewajiban ku telah tertunaikan.
Saatnya ku mulai menggepakkan sayap ku.
Terbang bersama bidadari yang telah menanti ku.
Di sana..di dunia yang baru.
Telah menanti orang-orang yang menyayangi ku.
Berharap ku segera datang.
Dengan keimanan berbalut kesucian serta keterjagaan akhlak.
Telah ku rangkai keistiqomahan dalam ketaatan kepada-Nya.
Telah ku rajut benang-benang kesucian dalam keimanan kepada-Nya.
Telah ku jaga keindahan akhlak hanya bagi-Nya.
Hingga ia menjadi sayap indah bagiku untuk terbang menuju Jannah-Nya.
Hingga ia menjadi jembatan untuk ku meniti syurga terindah –Nya.
Bersama dengan orang-orang yang telah menanti ku dengan cinta dan kasihsayang-Nya.
-Waktu ku telah usai (Perjalanan Ruh Bertemu Robb nya)
Dalam tidur panjang, hanya amalan yang akan menjadi teman dalam sendirian.
Al Qur’an menjadi penerang dalam kegelapan.
Keimanan menjadi alas dalam pembaringan.
Ketaqwaan menjadi atap dalam ruang keabadian.


0 komentar:
Posting Komentar